Saturday, February 22, 2014

Profit Pengusaha Bakso Lebih dari Rp 20 Juta/Bulan

Richa Susanti, mantan TKW asal Malang yang kini sukses sebagai pengusaha warung bakso.

Butuh keberanian besar untuk bisa keluar dari posisi nyaman yang sudah terlanjur di dapat. Ketidakpastian sudah menanti di depan. Jika sial, maka nasib bisa jadi lebih buruk. Namun sebaliknya, jika beruntung maka nasib bisa gilang gemilang.

Richa Susanti, wanita asal Malang, menjadi satu dari orang-orang yang beruntung karena berani keluar dari zona nyamannya. Satu tahun lalu ia masihlah seorang tenaga kerja wanita (TKW) di Hong Kong. Kini, ia adalah pengusaha warung bakso dengan penghasilan lebih dari Rp 20 juta per bulan.

"Dulu saya TKW di Hong Kong selama delapan tahun. Penghasilan saya antara Rp 3,5 sampai 4 juta per bulan. Tak ada masalah dengan majikan, mereka baik. Tapi pada satu titik saya sudah mantap memutuskan untuk pulang ke Malang," cerita Richa di acara Universitas Ciputra Entrepreneurship Online di Ciputra World 1, Jakarta Selatan, Senin (17/2).

Alasan di balik keputusan Richa sangatlah sentimentil namun wajar dimaklumi. Ia sudah sangat lama meninggalkan anaknya sejak si kecil yang baru berumur dua tahun. Hanya sesekali ia bisa pulang menemui buah hatinya.

Di Hong Kong, ia tak menemui banyak masalah saat bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Richa rutin mendapat libur, diperlakukan dengan baik, dan gajinya rutin dibayarkan.

"Tapi saya pikir tidak bisa begini terus. Kasihan anak saya tinggal lama sekali, delapan tahun. Saya sebetulnya ke Hong Kong dengan niat cari modal tapi nggak pernah bisa. Ada saja keperluan buat anak saya atau neneknya. Sampai akhirnya saya putuskan untuk memakai tabungan untuk memodali usaha di Malang," aku ibu satu anak ini.

Richa pun kemudian menyuntik modal untuk membuka usaha warung bakso di Malang. Ia memilih lokasi di kawasan kampus Universitas Muhammadiyah Malang Kampus III. Karena masih bekerja di Hong Kong, Richa pun hanya bisa memberi modal serta konsep tanpa bisa turun tangan langsung. Alhasil usahanya stagnan. Pendapatannya hanya berkisar di angka Rp 300.000/hari.

Nasib Richa berubah saat ada program Mandiri Sahabatku di Hong Kong. Program hasil kerja sama Bank Mandiri dan Universitas Ciputra. Dari sana, Richa mendapat banyak pengetahuan tentang wirausaha melalui jalur daring atau online. Mulai dari pemasaran hingga soal inovasi.

"Saya serius ingin belajar. Cuma itu modal terbesar saya. Majikan saya tidak membolehkan saya pegang laptop. Tubuh saya kan lemah, jadi kalau tidurnya kemalaman, paginya suka lemas dan kerjanya nggak maksimal. Tapi saya nekat, belajarnya sembunyi-sembunyi. Paling sering belajar di kamar mandi, buka lewat ponsel sambil megang senter," Richa mengisahkan pengalamannya mengikuti program Mandiri Sahabatku tahun 2012 pada angkatan kedua.

Hasilnya tak sia-sia. Selama enam bulan belajar, pengetahuan Richa tentang dunia usaha makin dalam, sehingga ia bulat tekad untuk memutuskan pulang kampung. Ia sangat yakin di sana tak akan kekurangan uang.

Godaan sempat muncul saat ia dibujuk majikan untuk membatalkan niatnya. Ia diiming-imingi kenaikan gaji sekaligus pemberian fasilitas khusus.

"Majikan saya nggendoli. Saya ditawari gaji Rp 6 juta per bulan. Terus anak saya boleh datang ke Hong Kong setahun dua kali tanpa saya keluar uang. Akomodasi sama transportasi majikan saya yang tanggung. Bahkan saat anak saya minta neneknya harus diajak pun majikan saya mau memenuhinya," kata Richa.

Tapi ia tak goyah. Keputusannya sudah bulat. Dan hasilnya pun tak mengecewakan. Usaha warung baksonya berkembang pesat.

"Sekarang sehari bisa dapat Rp 3,5 juta. Kalau laba bersihnya sekitar 20 sampai 60 persen," ujarnya.

Jika dihitung, pendapatan janda 35 tahun ini bisa mencapai sekitar Rp 20 juta/bulan.

"Lebih Mas," jawab Richa semringah.


Sumber : 
http://www.beritasatu.com

Related Posts